Saturday, November 13, 2010

Bad Day

memahami itu tidak cukup sekedar ucapan saja tetapi harus terlihat dari sikap dan tindakan serta membutuhkan pengorbanan baik secara moril maupun materil.

Tuesday, November 09, 2010

Welcome to Indonesia Mr. Obama

Setelah kunjungan Barrack Hussein Obama (BHO) ke Indonesia mengalami pembatalan berkali-kali akibat issu teroris, akhirnya kunjungan orang nomor satu di USA itu terlaksana juga pada hari ini 09 Nopember 2010. Kunjungan ini juga masih menuai protes keras dari kalangan mahasiswa dan masyarakat di berbagai wilayah di tanah air dengan berbagai alasan penolakan kedatangannya seperti alasan karena obama merupakan kepala negara kapitalis, dan berbagai alasan lainnya.
Lalu apa pentingnya kedatangan Obama buat kita? Wallahualam, sampai saat ini saya belum tahu jawabannya. Yang penting hari ini sepulang mengajar di sekolah saya langsung bergabung dengan keluarga yang terkagum-kagum menyaksikan persiapan penyambutan BHO di televisi yang disiarkan dari tadi pagi. Dari sisi performance saya sangat menyukai BHO yang terkesan ramah, tidak terlalu mengedepankan citra diri (kewibawaan) barangkali ini karena umur BHO yang relatif masih muda, masih energik.

Saturday, November 06, 2010

Sebuah Kepolosan, Sebuah Kebijaksanaan

Aneh dan lucu, dua hari yang lalu saya mengajar di kelas yang saya walikan. Kebetulan saya mengajar bidang studi Bahasa Inggris dan sebagai wali kelas saya tentunya tidak semata-mata hanya memberi sajian materi kepada anak-anak namun dalam kapasitas sebagai wali kelas saya bertanggungjawab pengarah,pendidik sehingga anak-anak dapat memiliki akhlak dan kepribadian yang baik.

Kebetulan hari ini materinya adalah tentang 'gratitude expression' ungkapan terimakasih. Setelah saya memaparkan ungkapan apology dalam bahasa internasional itu maka saya mencoba mengarahkan mereka untuk mengimplementasikan materi yang saya ajarkan dalam sebuah teks percakapan. Nah, sudah barang tentu sebelum ke inti 'gratitude expression' adalah semacam basa-basi dalam percakapan yang dlakonin oleh dua orang tersebut. Jadi salah satu basa-basinya yaitu pertanyaan 'what do you want to be?' atau dalam bahasa persatuan kita, Bahasa Indonesia 'apa cita-citamu?'. Sebelum mereka 'practice' untuk 'pronounce' maka saya melemparkan beberapa pertanyaan kepada mereka; 'anak-anak siapa yang bercita-cita jadi guru?', hampir
setengah dari kelas hunjuk tangan (wow, angka yg cukup fantastis!) dulu waktu saya masih di bangku SMP, seperti mereka, jarang sekali dari kami yang memuiliki cita-cita sebagai seorang guru. Sebuah keanehan. Sebagian lagi ingin
jadi dokter, perawat, juga ada 1 orang mau jadi petani, 1 orang mau jadi tentara (ketua kelasnya)tapi tdk
ada yang mau jadi polisi (ini cita-cita saya dulu yang tidak didukung oleh orangtua). Terakhir saya bertanya: 'Siap mau jadi anggota DPR?' tak seorangpun yang menghunjuk tangannya. Lalu, saya bertanya: 'Kenapa kalian tidak ingin jadi anggota DPR'? Dengan bijak mereka jawab: 'Kami tidak mau jadi 'anggota' pak??!! dan salah seorang menjawab lagi 'kami tidak ingin korupsi'. Wah, saya tergelitik mendengarnya dan senyam-senyum menahan tawa. Sungguh sebuah kebijaksanaan dalam kepolosan anak-anak.